Sekilas Tentang Perilaku Ghosting

SANTAI

Luthfi Imama

5/27/20212 min baca

woman on bike reaching for man's hand behind her also on bike
woman on bike reaching for man's hand behind her also on bike

Kasus ini semakin melebar tatkala ibunda Felicia memaparkan bahwa Kaesang kini menjalin hubungan dengan mantan karyawan Felicia, Nadya Arifta. Kaesang sendiri telah memberikan klarifikasi bahwa dia sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Felicia sejak Januari 2021. Dengan merebaknya kasus ini, istilah Ghosting pun semakin terangkat di berbagai media sosial.

Jadi, apa sebenarnya aktivitas ghosting itu?

Perilaku ghosting bukanlah hal yang baru di masyarakat, meskipun istilah ghosting ini baru saja ramai belakangan ini. Menurut Wikipedia, istilah ghosting muncul pada tahun 2000-an. Istilah Ghosting awalnya digunakan pada aktivitas jual beli online di mana salah satu user memutuskan komunikasi sama sekali. Istilah ghosting dalam konteks hubungan romantic menjadi tenar sekitar tahun 2015 ketika selebriti-selebriti menggunakan banyak istilah itu untuk menjelaskan pemutusan komunikasi dalam hubungan.

Ghosting dalam sebuah hubungan terjadi manakala seseorang memutuskan komunikasi sama sekali dengan pasangannya. Dia tidak menghubungi, merespon, ataupun memberikan perhatian sama sekali terhadap pasangannya. Ghosting sering terjadi karena komunikasi yang buruk dalam sebuah hubungan, kurangnya rasa tanggung jawab dan masalah psikologis seperti depresi atau masalah kecemasan. Ghosting sering dianggap sebagai salah satu cara mengakhiri hubungan tanpa harus menjelaskan panjang lebar alasannya.

Mengutip dari Bumipsikologi.com, dalam Journal of Social and Personal Relationship tahun 2018, dari 1.300 responden, sebanyak 25 persen mengaku pernah mengalaminya dan 20 persen mengaku pernah melakukannya. Studi lain, dalam Fortune tahun 2016 menemukan 78 persen millenial lajang mengaku pernah mengalaminya. Sebenarnya fenomena ini sudah terjadi di sepanjang peradaban manusia. Tapi menjadi trendi di era media sosial. Karena ketika kita mudah untuk saling menghubungi maka makin mudah pula kita untuk saling mengabaikan. Fenomena ini menjadi lingkaran setan yang bisa membuat korban menjadi pelaku ghosting.

Ghosting dapat menimbulkan bermacam dampak psikologis bagi penerima perilaku tersebut. Ia menciptakan ambguitas yang menyebabkan seseorang bingung untuk bereaksi seperti apa. Bukan haya mempertanyakan validitas hubungan, tetapi mempertanyakan diri sendiri. Menciptakan rendahnya harga diri, dan lebih jauh lagi menimbulkan persepsi penolakan sosial.

Mengalami penolakan sosial dapat mengancam kebutuhan fundamental seperti kepemilikan, harga diri, keberadaan, dan kebermaknaan sehingga akan meningkatkan kemarahan dan kesedihan. Kalimat “sakitnya tuh disini” lebih dari sekedar metafora. Sebab rasa sakit emosional ini dapat mengaktifkan jalur rasa sakit yang sama di otak dengan rasa sakit fisik. Ghosting merupakan sebuah takti pasif-agresif yang bisa meninggalkan luka dan lebam psikologis. Sebuah tindakan yang dianggap sebagai bentuk kekejaman emosional.

Itulah tadi sedikit penjelasan mengenai perilaku ghosting. Melihat bahwa perilaku ini bukanlah perilaku yang baik dan membawa dampak buruk kepada orang lain, jangan sampai kita terlibat dalam lingkaran setan ghosting, ya. Apabila mendapati masalah dalam hubungan lebih baik diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Akhir kata, semoga artikel ini memberikan manfaat untuk kita semua.