Lima Perguruan Tinggi Jaman Belanda yang Masih Eksis Hingga Sekarang
SANTAI
Luthfi Imama
8/5/20203 min baca


Rupanya pada zaman tersebut sudah ada perguruan tinggi loh. Perguruan-perguruan tinggi tersebut didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan pegawai dari kalangan Pribumi. Lalu apakah perguruan-perguruan tinggi itu masih bertahan hingga saat ini? Ternyata masih, lho. Perguruan-perguruan tinggi Belanda itu masih tetap berdiri dan bahkan masih aktif melakukan perkuliahan, walaupun namanya tentu telah berganti. Perguruan tinggi apasajakah itu?
1. School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA)
Pernah menonton film Bumi Manusia dimana Iqbal Ramadhan memerankan tokoh Minke? Ya, tokoh yang diperankan oleh Iqbal itu adalah mahasiswa dari STOVIA atau School tot Opleiding van Indische Artsen. Stovia ini boleh dibilang sebagai perguruan tinggi pertama yang didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda di Batavia. STOVIA atau sering juga disebut sebagai Sekolah Dokter Jawa adalah perguruan tinggi ilmu kedokteran yang mahasiswanya mayoritas berasal dari kalangan pribumi.
STOVIA diresmikan tahun 1898 sebagai perkembangan dari Kursus Juru Kesehatan Hindia Belanda pada tahun 1849. STOVIA ini merupakan termasuk perguruan tinggi yang bergengsi pada masanya. Setiap siswa yang berhasil lolos ujian dan menjadi mahasiswa STOVIA akan mendapatkan beasiswa dan menjalani masa ikatan dinas selama 10 tahun setelah lulus.
STOVIA sendiri merupakan cikal bakal dari Universitas Indonesia saat ini. Pada saat beberapa perguruan tinggi Belanda bergabung menjadi Universiteit Van Indonesicie, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran.
2. Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB)
Siapa tidak mengenal Bung Karno, bapak proklamator Republik Indonesia. Bila kita membaca biografi dari beliau, maka kita akan tahu bahwa bung Karno adalah lulusan dari Technische Hoogeshool te Bandoeng atau THB. Bung Karno mengambil jurusan arsitektur dan lulus pada tahun 1926 setelah menempuh empat tahun masa studi.
Menyitir laman En.Wikipedia.org, Technische Hoogeschool te Bandoeng berdiri pada tahun 1921 atas prakarsa dari seorang pengusaha dan ilmuwan Belanda yang menetap di Bandung, yaitu Karel Albert Rudolf Bosscha. THB didirikan untuk memenuhi tenaga kerja Teknisi di lingkungan Hindia Belanda. Pada tahun pertama dibuka THB hanya membuka dua jurusan yaitu Ilmu Teknik, dan Teknik pembangunan jalan dan perairan.
THB pernah bergabung dengan Universiteit Van Indonesicie atau Universitas Indonesia dan menjadi fakultas teknik. Pada tahun 1959, Memisahkan diri dari Universitas Indonesia dan menjadi sebuah Institut yang independen. Institut tersebut masih bertahan hingga saat ini bahkan menjadi salah satu perguruan tinggi favorit di Indonesia. Ya, betul. Institut tersebut kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung atau ITB.
3. Landbouw Hoogeschool te Buitenzorg
Landbouw Hoogeschool te Buitenzorg adalah sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan penyuluh perkebunan dan pertanian. Sebelum menjadi perguruan tinggi, Landbouw Hooge School adalah sekolah menengah pertanian dengan nama Middlebare Landbouwschool. Middlebare Landbouwschool didirikan oleh Rudolph Scheffer, seorang botanist Belanda yang juga pendiri Kebun Raya Bogor.
Landbouw Hoogeschool te Buitenzorg pernah bergabung dalam Universiteit Van Indonesicie pada tahun 1947 sebagai fakultas pertanian dan kehutan atau Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen. Pada tahun 1963, ia berpisah dari UI dan menjadi institute tersendiri dan masih terus eksis hingga saat ini. Institut tersebut berganti nama menjadi Institut Pertanian Bogor, salah satu perguruan tinggi terbaik nasional di bidang pertanian.
4. Rechts Hoogeschool te Batavia
Kampus ini merupakan sekolah tinggi hukum yang didirikan di Batavia (kini DKI Jakarta) oleh pemerintah kolonial Belanda. Rechts Hoogeschool dibuka pada tahun 1924 dengan satu jurusan yaitu ilmu Hukum. Lama masa studi di RHS adalah 4 tahun.
Rechts Hoogeschool te Batavia juga tidak kalah dengan perguruan-perguruan tinggi lain yang ada pada saat itu. Beberapa tokoh besar di negara Indonesia diketahui merupakan lulusan dari RHS, diantaranya Mr. Amir Sjarifudin, Mohamad Yamin, Mohamad Roem, Mayor Jendral Soesalit (putra tunggal RA. Kartini), dan Jendral Hoegeng.
Rechts Hoogeschool bergabung dengan Universiteit van Indonesicie atau UI sebagai Faculteit der Rechtsgeleerdheid en Sociale Wetenschappen (Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial)dan masih bertahan hingga saat ini sebagai bagian darinya.
5. Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS)
Selain STOVIA, pemerintah Hinda Belanda juga memiliki sekolah dokter lain yang dibuka di kota Surabaya. Nama sekolah iitu adalah NIAS atau Nederlandsch Indische Artsen School pada tahun 1849. Sekolah dokter tersebut memfasilitasi pendidikan dokter bagi warga pribumi di kelas Priyayi yang hendak melanjutkan karir sebagai dokter.
NIAS berubah nama menjadi STOVIT atau School Tot Opleiding Van Indische Tandarsten. Pada masa kependudukan Jepang, STOVIT berubah nama kebali menjadi Ika Daigaku Shika dibawah pimpinan Dr. Takeda. STOVIT sempat menjadi bagian dari Universiteit Van Indonesicie pada tahun 1948, lalu resmi memisahkan diri pada tahun 1950 dengan nama Universitas Airlangga.
Itulah lima perguruan tinggi di jaman Belanda yang masih bertahan hingga saat ini, meski semuanya sudah berganti nama namun kiprahnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa masih berlangsung hingga hari ini.